Ketika Engkau Bersembahyang
(Emha Ainun Najib)
Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan.
Apa yang diungkapkan
oleh Cak Nun dalam puisi “Ketika Engkau Bersembahyang” merupakan hal yang
benar. Di mana dengan bersembahyang, akan ada banyak hal yang saya peroleh,
diantaranya jalan hidup kita menjadi lebih terang, dan petunjuk-Nya akan datang
ketika kita berada dalam kesulitan. Dari persetujuan saya ini, ada balas untuk
puisi dari Cak Nun (Emha Ainun Najib).
Bukan Hanya Sebatas Gurindam
Bukan hanya sebatas gurindam
Terngiang keshahihan nasihat
Sebuah laku yang memberikan lebih dari sekadar
penunjuk
Bisa jadi ia melentera
Pun dapat ia jadi obat lara rindu
Penerang bagi aura yang mulai menyendu
Bersujudlah
Ketuklah pintu-pintu langit
Barang Sang Kuasa meridloi
Segala harap dan cita
Barangkali Sang Kuasa meridloi
Pemberian Jannah bagi hamba-Nya dengan segenap cinta
Posting Komentar