![]() |
Sumber Gambar : Pixabay |
Mungkin ada sederet diksi yang belum dibawa angin kepada pemiliknya,
-barangkali masih berupa rindu atau sekelumit pemikiran lugu
Aku bernafas bersama senja, mendendangkan mantra keabadian
Berteman percik embun, di tengah ilalang tebu
Aku bermantera, berputar laiknya para sufi mulai merekatkan diri kepada-Nya
Nun dari jauh, bunga yang cantik itu tersenyum simpul
Bagai tetesan air yang bikin candu
Aku masih berusaha bermantera; takut kalau-kalau sekedar simalakama
Bunga cantik itu makin mendekat; seolah tak mau kalau aku tetap bermantera
Aku tak ingin tumbang
Lekas pergi, sungguh lekaslah pergi
Aku tak ingin kau menghalangi capaian ma’rifatku
Dan menodai kemaksumanku
Ratapku pada akhir bermantera
*Catatan: Tulisan ini pernah diikutsertakan event Muslimah Day PKN STAN 2019 dengan judul yang sama, terdapat beberapa perubahan dari penulis saat diunggah ulang pada blog ini.
Posting Komentar