Mendengar kata ‘personal branding’ kira-kira apa sih maknanya menurut Sobat Kukat? Dan apakah penting untuk mulai membangun personal branding? Boleh ya disampaikan pendapatnya di kolom komentar.
Memperoleh tugas artikel yang berhubungan dengan personal branding, bagi saya membutuhkan berhari-hari agar menemukan kata yang pas. Mungkin nanti bisa berubah-ubah menyesuaikan kondisi yang ada.
Proses Memulai Personal Branding bagi Kutukatakutu
Seperti yang sering Sobat Kukat ketahui, personal branding dapat memberikan gambaran terkait identitas seseorang.
Bingung Mulai Dari Mana?
![]() |
Sebelum Branding |
Mendengar kata ‘personal branding’, dulu awalnya saya kira kata tersebut digunakan untuk profesi tertentu saja. Seperti content creator, desainer, maupun profesi sejenis. Belakangan ini, baru tahu kalau penulis juga membutuhkan personal branding, baik penulis fiksi maupun non fiksi.
Terlebih lagi blogger, pada materi 9B ini, baru mengerti, ternyata personal branding juga sangat penting. Apalagi jika sudah menjadikan blogger sebagai salah satu profesi. Namun, dari materi tersebut saya masih belum terbayang, nanti mau bagaimana ya? Apakah akan konsisten dengan label yang seperti ini?
Pada saat materi kulwap, salah seorang peserta Blogspedia Coaching 4, yakni Kak Liha mengajukan pertanyaan yang menjadi kegalauan saya ketika membahas personal branding.
Dari beberapa pertanyaan tersebut, yang poin intinya bagaimana jika arah branding belum jelas, bagaimana jika skill belum mumpuni, kemudian bagaimana jika konten yang diunggah masih random, dan bagaimana jika branding berubah di tengah jalan, bagaimana cara menyiasati agar tidak malu dengan koneksi di media sosial. Itu beberapa pertanyaan yang 'saya banget.'
Jawaban dari Coach Marita, Coach Yonal, dan Coach Ugi bagi saya saling melengkapi, dan akhirnya berpikir ‘Iya juga ya.’
Sebagai Bentuk Ikhtiar
Kalimat pertama jawaban dari Coach Marita yang lumayan jleb buat saya. Sebagai manusia mengusahakan sesuatu tentunya menjadi pelengkap sebelum menyerahkan hasil kepada Allah. Dari posting hingga kemudian evaluasi merupakan salah satu bentuk usaha dalam proses menemukan branding.
Kemudian jika berkaitan dengan skill, kalau dipikir kembali, tidak ada salahnya juga kan melakukan branding sambil belajar? Dari situ akhirnya, huff, iya juga ya.
Membangun Branding Merupakan Sebuah Proses
Dari beberapa tips yang diberikan, sebelum menentukan mau branding seperti apa, ternyata penggunaan media sosial yang profesional juga diperlukan, tapi di sini saya tidak sedang membicarakan tentang LinkedIn ya. Misalnya, pentingnya penggunaan akun Instagram bisnis, dan adanya fanpage Facebook.
Nah, melalui media tersebut ternyata dapat menjadi sarana untuk branding. Dalam proses pencarian ini tidak ada salahnya jika berganti branding. Dulu saya kira jika seseorang menggunakan satu branding, maka seterusnya akan menggunakan branding tersebut. Nyatanya tidak, namun perlu diberi teaser jika akan rebranding.
Kembali lagi pada akun media sosial bisnis, awalnya saya kira hanya untuk orang-orang profesional, akun pemerintah, atau pemilik bisnis. Kalau tidak salah, sekitar tahun 2022 saya mencoba menjadikan akun Instagram @ksny98 ke akun bisnis dengan label Blog Pribadi. Ada beberapa fitur yang menurut saya menarik, salah satunya insight postingan.
Melalui insight postingan, komentar, hingga dm dapat menjadi salah satu sarana untuk mengetahui interaksi audiens pada postingan, dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Mencoba dengan Postingan Random
Postingan yang beragam atau random dapat menjadi salah satu cara menemukan personal branding. Dari unggahan yang bermacam-macam, harapannya dapat menemukan mana sih yang ‘saya banget’, atau mencari postingan apa sih yang disukai audiens media sosial saya.
Akhirnya kegalauan saya terjawab, meskipun proses eksekusinya masih kembali bingung, namun bismillah dulu aja sebagai langkah awal.
Ingin Dikenal Seperti Apa?
![]() |
Memulai Branding |
Seperti tujuan awalnya, blog Kutukatakutu ini inginnya dikenal sebagai blog yang berfokus karya sastra saja. Ternyata, makin ke sini kok ingin ya belajar nulis review buku. Ingin nulis ini, itu. Lagi-lagi, ternyata menulis artikel tidak seribet yang dibayangkan dulu. Tapi ya tetap harus telaten dengan segala printilannya.
Kemudian, dari sini kepikiran, gado-gado dulu seru sepertinya? Jadi, harapannya sih nanti melalui dunia maya maupun nyata tahunya ya ‘blogger gado-gado’, atau yang sebelumnya udah ‘sedikit’ ter-branding duluan ke penulis fiksi. Walaupun kenyataannya juga masih proses belajar.
Bagaimana Selanjutnya?
Dari sedikit keluh kesah terkait branding, kemudian saya jadi punya PR tambahan jika ingin menguatkan branding atau rebranding nantinya. Pertama, PR konsisten. Tujuannya untuk tahu apa yang menjadi minat saya, dan apa yang dianggap menarik oleh audiens. Konsisten menulis, konsisten membagikan tulisan, konsisten evaluasi, dan konsisten belajar.
Kedua belajar, masih beberapa poin yang perlu dijadikan PR, belajar tentang kepenulisan itu sendiri, seperti penulisan kalimat efektif, pemahaman terkait PUEBI, dan sejenisnya. Lalu belajar bagaimana membuat desain konten yang menjadi branding, sangat perlu dipelajari kembali.
Selain itu juga belajar evaluasi. Kadang kalau dipikirkan, evaluasi sepertinya tidak perlu dilakukan, yang penting insight postingan bagus. Cuman, masa iya mau di situ-situ saja? PR banget menyediakan waktu untuk evaluasi, mulai dari insight, maupun postingan.
Tidak lupa manajemen waktu, ini juga PR banget, bukan hanya perkara nulis dan evaluasi, tapi kegiatan lain. Pernah saat terlalu sibuknya sampai lupa nulis. Sampai saat ini masih mencari tips yang tepat untuk mengatur waktu.
Dari berbagai hal yang sedang diusahakan saat ini, maupun PR tambahan, harapannya sih tulisan yang dihasilkan bisa tetap bermanfaat. Entah hanya sekedar puisi dengan curhatan terselubung, atau artikel bermanfaat yang ada referensinya.
Itu tadi ya Sobat Kukat, proses memulai personal branding bagi Kutukatakutu. Kalau Sobat Kukat bagaimana nih kisah mulai personal brandingnya? Yuk tulis cerita di kolom komentar!
#BlogspediaCoaching4_Task9B
Nah iya mbak, perlu juga ya menantang lebih dari sekadar memantau insight
BalasHapus