“Ndun, kamu sudah membayar hutang puasamu yang tahun kemarin?”
“Lho? Hutang puasa apa to Bu? Wong Ndun ini cowok, masa iya punya hutang puasa? Kan ndak mungkin lah.”
Aku terkekeh mendengar pertanyaan Bu Sih ke Ndun. Bukannya ingin menguping, tapi suara mereka berdua terdengar cukup keras hingga dapur rumahku. Rumah kami berdampingan, jadi ada kalanya jika Bu Sih atau keluarganya ngobrol dengan suara yang agak keras akan terdengar hingga rumahku, begitupun sebaliknya.
Sebenarnya Ndun ini anak yang lucu, sebagai tetangga, kami sering menemukan tingkah polanya yang cukup unik. Salah satunya, ya, seperti itu tadi. Aku tidak ingat siapa nama lengkap Si Ndun ini, di kampung ia dikenal dengan panggilan ‘Ndun’ saja. Usut punya usut bukan tanpa sebab Ndun tidak puasa, melainkan karena kecerobohannya sendiri memakan rujak mangga muda.
Aku masih ingat, puasa tahun lalu kebetulan sedang musim mangga, beberapa ibu-ibu datang ke rumah meminta mangga muda untuk bahan rujak buah. Kupikir ya sudahlah, namanya juga lagi bulan puasa, rujak buah sebagai sajian mungkin sudah biasa bagi beberapa orang.
Pada hari ketujuh bulan puasa, sore itu menunggu adzan magrib, aku duduk di teras rumah sambil melihat anak-anak yang lalu-lalang bersepeda. Tiba-tiba Ndun menghampiriku, dan bertanya,
“Mbak Lina, kata orang-orang buah mangga yang muda ini enak banget ya kalau mau dibuat rujak?”
“Tumben Ndun, kamu mau bikin juga to?”
“Ndak sih Mbak Lin, cuma mangga yang gantung hampir ke jalan itu lho, kayaknya enak,” tunjuk Ndun pada buah mangga di pohon depan rumahku yang menggantung hampir ke jalan.
“Ya kalau itu tunggu mateng dulu Ndun, baru bisa dimakan. Kamu mau mangga yang itu?”
“Iyo wis Mbak Lin, tapi tak bilang Ibu dulu biar ingetin Mbak Lina mangga yang itu biar disimpan dulu kalau udah matang.”
“Heem Ndun, nanti jangan lupa bilang ke Ibumu ya.”
Ndun menganggukkan kepala dan berlalu dengan sepeda kecilnya. Tumben sekali Ndun bilang mau minta buah mangga, biasanya Bu Sih yang bilang. Keesokan harinya, Bu Sih datang ke rumah tergopoh-gopoh dan bilang pada Bapak mau pinjam motor, padahal aku mengira kalau beliau mau menanyakan mangga itu.
Bu Sih mengatakan kalau beliau pinjam motor untuk mengantarkan Ndun ke klinik. Aku, Bapak, dan Ibu yang sore itu sedang bersantai di rumah, kaget dengan apa yang dikatakan Bu Sih. Padahal Ndun kemarin masih sehat-sehat aja waktu tanya soal mangga. Mendengar hal itu, Bapak segera meminjamkan motor kepada Bu Sih.
Aku masih penasaran, kok bisa Ndun sore-sore begini malah dibawa ke klinik?
Posting Komentar